Senin, 09 Januari 2017

Anak-anak Kucing Belang Tiga

Sebelumnya aku pernah bercerita tentang anak-anak si Nenek atau tentang bagaimana Nenek berinteraksi dengan anak-anaknya. Kali ini cerita mengenai anak-anak kucing Belang Tiga yang semakin menua. Kucing yang berperawakan kecil itu sudah semakin menua dan seringkali bersin dan batuk.

Kucing Belang Tiga ini dulunya anak dari kucing betina putih yang diurus dengan sungguh-sungguh oleh salah seorang tetanggaku. Keturunannya memang bertubuh mungil namun memiliki bulu yang halus, mengkilap. Kecendrungan kucing ini adalah merawat dirinya sendiri. Haha, iya terkesan seperti manusia, ya. Namun dari yang bisa kulihat, begitulah keahliannya. Satu-satunya hal yang kusayangkan dari kucing ini adalah ketidakmampuannya dalam mengurus anak-anaknya.

Kucing Belang Tiga itu sendiri termasuk salah satu yang beruntung karena bisa survive dan hidup sampai saat ini. Kebanyakan anak-anak kucing Betina Putih ini tidak dapat bertahan lama. Satu per satu anak yang dilahirkannya mati terutama sewaktu mereka bayi. Terkadang keajaiban memang terjadi, entah untuk tujuan apa, entah untuk siapa.

Pernah waktu itu, Kucing Belang Tiga ini kembali melahirkan anak-anak yang lucu. Jika sebelumnya lahir 4 ekor, kali ini dia melahirkan 3 ekor anak. Dua ekor dengan bulu hitam kombinasi putih dan seekor lainnya memiliki belang tiga seperti induknya tersebut. Anak-anak tersebut terlahir sehat dan betapa si Kucing Belang Tiga menjadi begitu protective terhadap mereka. Dia mengawasi siapapun yang mendekati anak-anak tersebut. 

gambar diambil dari sini

Dia melahirkan di dapur rumah, di bawah tangga. Emak sempat misuh-misuh karena membuat dapurnya kotor terutama tumpukan kardus tempat kucing tersebut melahirkan. Emak pun berinisiatif memindahkan anak-anak tersebut (when she’s not around, of course). Emak memindahkan mereka ke dalam kardus dan menempatkannya di sudut dapur paling belakang. Mereka saling bergelung, menghangatkan satu sama lain. Ah, manis sekali.

Dan tentu, si Emak ingat akan anaknya dan kembali melihat mereka. Dengan penuh curiga, dia memindahkan mereka keluar dari kardus dan memasukkannya ke dalam kantong plastik hitam yang berisi perkakas Bapak.   Kami pun misuh-misuh karena kucing ini salah langkah sebenarnya. Lebih aman dan nyaman dalam kardus yang kami siapkan. Tapi entahlah mungkin itu memang alami bagi kucing. Jika tercium bau lain di anaknya, pasti dia pindah lagi.

Dan begitulah anak kucing itu teus berpindah entah karena apa sebabnya. Yang jelas kami tidak lagi mengusiknya. Anak-anak itu pernah ditaruh di atas tumpukan daun di halaman belakang. Ketika hari panas memang tepat, tapi ada satu hari itu hujan dan akhirnya mereka kebasahan. Hingga akhirnya hanya satu yang tersisa.

Anak yang tersisa ini begitu kecil. Mencoba berjalan. Kami biarkan mereka masih di halaman belakang. Suatu kali aku melihatnya termenung. Dan besoknya anak itu ikut pergi menyusul saudaranya. Kucing Belang Tiga tampak sedih. Ya, mungkin dia sedih. Lagi-lagi anaknya mati. Andai ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk mencegahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Haii..terimakasih telah mampir dan menuliskan komentar. Have a good time! :D